Sabtu, 02 Juni 2012

DETEKSI DINI & KOMPLIKASI KEHAMILAN


DETEKSI DINI & KOMPLIKASI KEHAMILAN (Trimester I)

    1. Abortus
Adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya.
Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila berat badannya telah mencapai lebih 500 gr atau umur kehamilan lebih 20 minggu.

Menurut Kejadiannya :
1) A. Spontan : Keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensimedis maupun mekanis.
2) A. Propokatus ( Kriminalis dan medialis)

Menurut Bentuk Klinisnya :
1) A. Iminens (ancaman)
2) A. Insipien (sedang berlangsung/ Ostium sdh terbuka)
3) A. Inkompletus
4) A. Kompletus
5) A. Habitualis
6) Missed Abortion
7) A. Infeksious

Faktor yang dapat menyebabkan abortus :
1) Faktor janin (kelainan telur, embrio dengan kelainan lokal, abnormalitas pembentukan plasenta)
2) Faktor Maternal(infeksi, Penyakit vaskular, tauma, kelainan uterus, faktor psikosomatik)
    1. Hyperemesis Gravidarum
Adalah mual / muntah yang berlebihan sehingga menimbulakan gangguan aktifitas sehari-hari.
Factor yang dapat menimbulkan :
1) Primigarvida
2) Molahidatidosa
3) Faktor psikis (rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan )
Tingkatan hiperemesis :
1) I : mual muntah terus menerus, mempengaruhui k.u, nyeri epigastrium
2) II : dehidrasi, BB turun, mata cekung, lidah kering/ kotor, TD turun, gangguan fungsi hati/ikterus.
3) III : dehitarsi bertambah, mual,muntah berhenti,ikterus meningkat, kesadaran menurun,
Penatalksanaan :
1) Aspek fisiologis dgn cara isolasi sambil memberi KIE,
2) Mengubah pola makan porsi kecil
3) Pengobatan di beri anti muntah/mual
4) Rehidrasi cairan
    1. Kehamilan Ektopik
Adalah kehamilan yang berlangsung di luar endometrium
Penyebab : kegagalan fungsi tuba (adanya radang/tumor), perlengkatan tuba ( menyebabkan saluran menyempit/buntu)
Gejala : adanya rasa sakit/tidak nyaman, perdarahan intraabdominal, janin teraba di bawah kulit, nyeri saat bergerak, pada pemeriksaan teraba uterus kosong.
    1. Molahidatidosa
Adalah sekumpulan penyakit yang berasal dari penyimpangan tumbuh kembang jaringan trofoblas yang dapat bersifat jinak/ganas.
Gejala :
1) Besarnya uterus melebihi usia kehamilan
2) Uterus teraba lunak (karena tidak ada terbentuk janin)
3) DJJ tidak terdengar
4) Dapat terjadi perdarahan sedikit-sedikit.
Terapi :
1) Perbaiki K.U
2) Evakuasi ( kuret vakum)
3) Tindakan profilaksis (pencegahan terjadinya keganasan)
DETEKSI DINI & KOMPLIKASI KEHAMILAN (Trimester II & III)

a.
Perdarahan antepartus
1) Placenta previa, perdarahan terjadi pada implantasi plasenta yang menutupi sebagian atau seluruh OUI.
Menurut jenis terbagi atas :
a) Plasenta previa totalis; plasenta menutupi OUI seluruhnya pada pembukaan 4 cm.
b) Plasenta previa lateralis; bila menutupi OUI sebagian pada pembukaan 4 cm.
c) Plasenta previa marginalis; bila tepi plsenta berada pada tepiOUI pada pembukaan 4 cm
d) Plasenta previa letak rendah; bila tepi bawah plasentamasih dapat disentuh dengan jari, melalui OUI pada pembukaan 4 cm.
Gejala :
a) Perdarahan tanpa nyeri
b) Darah segar / kehitaman dengan bekuan
c) Perdarahan dapat terjadi setelah BAB/BAK, aktifitas fisik, trauma / koitus.

Komplkasi pada ibu :
a) Infeksi karena anemia
b) Robekan implantasi plasenta di bagian belakang segmen bawah rahim
c) Terjadi ruptur uteri, karena susunan jaringan rapuh dan sulit diketahui.
Komplikasi janin :
a) Prematruritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
b) Mudah infeksi karena anemia disertai daya tahan rendah
c) Asfiksia intra uteri sampai kematian

Penatalksaan
a) Pasang infus
b) Jangan melakukan PD
c) Segera Rujuk

2) Solusio placenta
Adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin di lahirkan.
Terbagi atas :
a) Solusio plasenta ringan ; perdahan kurang 500 cc, perut ibu masih lemas sehingga bagian janin mudah di raba, tanda gawat janin belum nampak, terdapat perdarahan hitam pervagina.
b) Solusio sedang : perdarahan 1000 cc, perut ibu mulai tegang, bagian janin sulit di raba, janin mengalami jawad janin, pada PD ketuban tegang
c) Solusio placenta berat ; lepasnya plasenta sudah melebihi 2/3 bagian. janin sulit di raba perut keras sepereti papan, ketuban tampak tegang, darah dapat masuk ke dalam otot rahim.
Penyebab :
a) Trauma langsung abdomen
b) Hipertensi ibu hamil
c) Umbilikus pendek / lilitan tali pusat
d) Janin terlalu aktif sehingga plansenta dapat terlepas
e) Tekanan pada venakava inferior
f) Pre eklamsia/Eklamsia
g) Tindakan versi luar
h) Tindakan memecahkan ketuban(hammil biasa, pada hidramnion, setelah anak pertama hamil ganda)
Gejala :
a) Perdarahan yang di sertai rasa sakit
b) Dapat menimbulkan gangguan kardiovaskuler ibu
c) Ketegangan perut ringan sampai berat
d) Gangguan janin asfiksia ringan sampai IUFD
Komplikasi solusio plasenta :
a) Perdarahan (atonia, pascapartus)
b) Gangguan pembekuan darah (koagulasi intravaskular, penurunana fibrinogen)
c) Gangguan organ vital (kegagalan ginjal akut, dekompensasi kordis, sesak nafas, emboli paru)
d) Kematian ibu (karena perdarahan yang tidak dapat di atasi, dekompensasi kordis, mudah terjadi infeksi, gagal ginjal)
Penatalaksanaan :
a) Transfusi
b) Solusio lasenta ringan diupayakan melakukan SC untuk menyelamatkan ibu dan janinnya
c) Solusio plasenta berat dilakukan persalinan dalam waktu singkat kurang dari 6 jam, utk menghindari perdarahan karena atonia.
d) Terjadi kontruksi lakukan histerektomi
e) Menghindari infeksi dengan pemberian antibiotik

b. Hypertensi dalam kehamilan
Pembagian HDK :
1) HDK sebagai komplikasi kehamilan (preeklamsia, eklamsia)
2) HDK yang terjadi pada hipertensi kronis atau preeklamsia/ eklamsia
3) Hypertensi sementara
Nama lain gestosis HDK ( yang dapat terjadi pada antepartum, intrapartum, pascapartum).
Pembagian HDK :
1) Ringan : TD 140/90 mmhg atau kenaikan sistolik 30 mmhg dan diastolik 15 mmhg, edema ringan dengan peningkatan BB 1 kg/minggu, proteinnuria positi 1-2
2) Berat : bila salah satu tanda di jumpai TD 160/110 mmhg, edema umu disertai sesak nafas, proteinnuria positif 4-5, oliguria urine kurang dari 500 cc/24 jam
3) Eklamsia : adanya gejala pre eklamsia berat disertai dengan kejang dan diikuti dengan koma.
Penatalaksanaan :
1) Hipertensi ringan dalam kehamilan : tirah baring 2x2 jam/hari,banyak minum, kurangi makan garam.
2) Hypertensi berat : segera rujuk ke RS, obat-obatan antikejang,antihypertensi, pemberian diuretika, pemberian infus, pemberian antasida.
MgSO 4 untuk preeklamsi dan Eklamsia
1) Mg SO4 4 g IV sebagai larutan 20 % selama 5 menit
2) Di ikuti dengan MgSO4 (50%) 5 g IM
3) Pasien akan merasa agak panas sewaktu pemberian Mg SO4
Syarat pemberian Mg SO4 :
1) Frekwensi nafas minimal 16 x/menit
2) Reflek patella +
3) Urine minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir

c. Kehamilan Lewat Waktu
Adalah kehamilan yang melampui usia 292 hari (42 minggu) dengan kata lain serotinus / post term pregnany.

Komplikasi serotinus :
1) Oligohidramnion
Jumlah normal air ketuban 800 cc, diatas 42 minggu berkurang menjadi 400 cc. Akibatnya amnion kental, mekoneum diasfirasi oleh janin.
2) Janin di warnai mekoneum
Peristaltik usus dan terbukanya spinter ani membuat mekoneum keluar. Sehingga menimbulkan gangguan pernafasan bayi, gangguan sirkulasi bayi setelah lahir.
3) Makrosemia
Dengan plasenta masih baik tumbang janin bertambah. Kondisi ini pada persalinan mempersulit keadaan, tindakan yang paling tapat adalah SC.
4) Dismaturitas bayi
Kemampuan nutrisi plasenta menimbulkan perubahan menuju anaerobik, menyebabkan perubahan kuku tampak tajam,kulit keriput, tali pusat pendek.
                        Penanganan :
1). Induksi oksitosin dan SC
2). SC di lakukan bila keadaan bayi mengalami asfiksia.
3). Berbahaya bila pertolongan partus di luar RS, karena bayi dapat mendadak meninggal di dalam rahim. Karena mengalami distosia bahu

d. Kehamilan kembar
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih janin dalam rahim seorang ibu hamil. Kehamilan kembar ini bisa terjadi karena terjadi pembuahan dua atau lebih sel telur. Atau bisa juga terjadi karena satu sel telur yang dibuahi membelah diri secara dini hingga terbentuk dua embrio ( calon bayi ) yang sama pada tahap awal kehamilan.

e. Hidramnion
Hidramnion atau poli hidramnion adalah suatu kondisi dimana terdapat keadaan dimana jumlah air ketuban melebihi dari batas normal. Untuk keadaan normal air ketuban berjumlah sebanyak antara 1-2 liter, sedangkan kasus hidramnion melebihi batas dari 2 liter yaitu antara 4-5 liter. Hidramnion ini adalah kebalikan dari oligo hidramnion yaitu kekurangan air ketuban.

Hidramnion derajat ringan sampai sedang yaitu 2 sampai 3 liter, relative sering dijumpai. Karena cairan sulit dikumpulkan dan diukur secara lengkap, diagnosis biasanya ditegakkan secara klinis dan dikonvirmasi dengan perkiraan sonografik. Frekuensi deagnosis cukup bervariasi dengan pemeriksa yang berbeda.

f. Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini atau yang sering disebut dengan KPD adalah ketuban pecah spontan tanpa diikuti tanda-tanda persalinan, ketuban pecah sebelum pembukaan 3 cm (primigravida) atau sebelum 5 cm (multigravida).
KPD sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan kesakitan dan kematian pada ibu maupun bayi terutama kematian pada bayi yang cukup tinggi. Kematian bayi yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dsb.
Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu :
Pertama, infeksi, karena ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa menjadi patogen yang akan membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh karena itu membutuhkan pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat persalinan dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan resiko terjadinya infeksi;
Kedua, adalah kurang bulan atau prematuritas, karena KPD sering terjadi pada kehamilan kurang bulan. Masalah yang sering timbul pada bayi yang kurang bulan adalah gejala sesak nafas atau Respiratory Distress Syndrom (RDS) yang disebabkan karena belum masaknya paru.

Kemungkinan yang menjadi faktor penyebab adalah:
· Infeksi.
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
· Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
· Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
· Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
· Keadaan sosial ekonomi.

Faktor lain
a. Faktor golonngan darah
Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban.
b. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
c. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
d. Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).
Ketuban pecah dini ternasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan dalam mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayi. Penatalaksaan KPD masih dilema bagi sebagian besar ahli kebidanan, selama masih beberapa masalah yang masih belum terjawab. Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis. Kasus KPD yang kurang bulan kalau menempuh cara-cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan kalau menempuh cara konservatif dengan maksud untuk memberi waktu pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis janin.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur kehamilan tidak diuketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru sudah matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsis pada janin merupakan sebab utama meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban. Kebanyakan para ahli mengambil 2 faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengambil sikap atau tindakan terhadap penderita KPD yaitu umur kehamilan dan ada tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu.
Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (> 37 Minggu)
Pada hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan dengan sendirinya. Sekitar 70-80 % krhamilan genap bulan akan melahirkan dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah, bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi persalinan, dan bila gagal dilakukan bedah caesar. Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu. Walaupun antibiotik tidak bermanfaat terhadap janin dalam uterus namun pencegahan terhadap chorioamninitis lebih penting dari pada pengobatanya sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian antibiotik diberikan segera setelah diagnosis KPD ditegakan dengan pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah terjadi, proses persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6 jam. Beberapa meyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera diberikan atau ditunggu samapai 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi inpartu dengan sendirinya. Dengan mempersingkat periode laten durasi KPD dapat diperpendek sehingga resiko infeksi dan trauma obstetrik karena partus tindakan dapat dikurangi. Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat terhadap keadaan janin, ibu dan jalannya proses persalinan berhubungan dengan komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan komplikasi yang fatal bagi bayi dan ibunya (his yang terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi semakin kepanjangan (his kurang kuat).
Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (< 37 minggu)
Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaanya bersifat koservatif disertai pemberian antibiotik yang adekuat sebagai profilaksis. Penderita perlu dirawat di rumah sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu, obat-obatan uteronelaksen atau tocolitic agent diberikan juga tujuan menunda proses persalinan. Tujuan dari pengelolaan konservatif dengan pemberian kortikosteroid pada penderita KPD kehamilan kurang bulan adalah agar tercapainya pematangan paru, jika selama menunggu atau melakukan pengelolaan konservatif tersebut muncul tanda-tanda infeksi, maka segera dilakukan induksi persalinan tanpa memandang umur kehamilan. Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulakan komplikasi-komplikasi yang kadang-kadang tidak ringan. Komplikasi-kompliksai yang dapat terjadi gawat janin sampai mati, tetani uteri, ruptura uteri, emboli air ketuban, dan juga mungkin terjadi intoksikasi.
Kegagalan dari induksi persalinan biasanya diselesaikan dengan tindakan bedah sesar. Seperti halnya pada pengelolaan KPD yang cukup bulan, tidakan bedah sesar hendaknya dikerjakan bukan semata-mata karena infeksi intrauterin tetapi seyogyanya ada indikasi obstetrik yang lain, misalnya kelainan letak, gawat janin, partus tak maju, dll. Selain komplikasi-kompilkasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif. Pengelolaan konservatif juga dapat menyebabakan komplikasi yang berbahaya, maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat. Sehingga dikatakan pengolahan konservatif adalah menunggu dengan penuh kewaspadaan terhadap kemungkinan infeksi intrauterin. Sikap konservatif meliputi pemeriksaan leokosit darah tepi setiap hari, pemeriksaan tanda-tanda vital terutama temperatur setiap 4 jam, pengawasan denyut jantung janin, pemberian antibiotik mulai saat diagnosis ditegakkan dan selanjutnya setiap 6 jam.
Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm KPD telah dilaporkan secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS. The National Institutes of Health (NIH) telah merekomendasikan penggunaan kortikosteroid pada preterm KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada infeksi intramanion. Sedian terdiri atas betametason 2 dosis masing-masing 12 mg i.m tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis masing-masing 6 mg tiap 12 jam. (Yuyun Triani, S.ST)

g. Anemia kehamilan
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro,2002).
Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III (Saifuddin,2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relative mudah, bahkan murah.
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut : Plasma 30%, sel darah 18% dan hemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.
Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah :
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing , mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah ) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
Wanita hamil cenderung terkena anemia pada 3 bulan terakhir, karena pada masa itu janin menimbun cadangan zat besi untuk diri sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir.
Besi (Fe)
Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia, yaitu sebanyak 3-5 gram
Fungsi Besi (Fe)
Besi merupakan bagian dari hemoglobin yang berfungsi sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh. Dengan berkurangnya Fe, sintesis hemoglobin berkurang dan akhirnya kadar hemoglobin akan menurun.

KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998) :
1. Anemia Defisiensi Besi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi
a. Terapi oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia. (Saifuddin,2002)
b. Terapi parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan zat besi peroral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilan tua (Winjosastro,2002). Pemberianpreparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 100 mg(20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba,2001). Untuk menegakkan diagnose anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.
 Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Hb 11 gr% : Tidak anemia
2. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3. Hb 7-8 gr% : Anemia sedang
4. Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa hewmoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan diekskresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8-10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20-25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilakn zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).

2. Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali kerena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya :
a. Asam folik 15-30 mg/hari
b. Vitamin B12 3x1 tablet/hari
c. Sulfas ferosus 3x1 tablet/hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan tranfusi darah.

3. Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostic diperlukan pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan fungsi eksternal dan pemeriksaan retikulosi

4. Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan- kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obatan penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan hal ini tidak memberikan hasil. Sehingga tranfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.

DAMPAK ANEMIA PADA IBU HAMIL, BERSALIN DAN NIFAS
Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil , karena itulah kejadian ini harus selalu diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan : Abortus, Missed Abortus dan kelainan congenital.
Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan : Persalinan premature, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis, dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat menyebabkan : tonia uteri, retensio plasenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri.

PENANGANAN
Selain terapi obat penanganannya dapat dilakukan dengan terapi diet. Untuk memenuhi asupan zat besi, tingkatkan konsumsi bahan makanan tinggi zat besi (Fe) misalnya makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran berwarna hijau tua.
Defisiensi besi bukan satu-satunya penyebab anemia, tetapi apabila prevalensi anemia tinggi, defisiensi besi biasanya dianggap sebagai penyebab yang paling dominan. Pertimbangan itu membuat suplementasi tablet besi folat selama ini dianggap sebagai salah satu cara yang sangat bermanfaat dalam mengatasi anemia. Anemia dapat diatasi dengan meminum tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD). Kepada ibu hamil umumnya diberikan sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan. TTD mengandung 200 mg ferrosulfat, setara dengan 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Pada beberapa orang, pemberian preparat besi ini mempunyai efek samping seperti mual, nyeri lambung, muntah, kadang diare, dan sulit buang air besar. Agar tidak terjadi efek samping dianjurkan minum tablet setelah makan pada malam hari.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar