- Abortus
Adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa
mempersoalkan penyebabnya.
Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila berat badannya telah mencapai
lebih 500 gr atau umur kehamilan lebih 20 minggu.
Menurut Kejadiannya :
1) A. Spontan :
Keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensimedis maupun mekanis.
2) A. Propokatus (
Kriminalis dan medialis)
Menurut Bentuk Klinisnya :
1) A. Iminens
(ancaman)
2) A. Insipien
(sedang berlangsung/ Ostium sdh terbuka)
3) A. Inkompletus
4) A. Kompletus
5) A. Habitualis
6) Missed Abortion
7) A. Infeksious
Faktor yang dapat menyebabkan
abortus :
1) Faktor janin
(kelainan telur, embrio dengan kelainan lokal, abnormalitas pembentukan
plasenta)
2) Faktor
Maternal(infeksi, Penyakit vaskular, tauma, kelainan uterus, faktor
psikosomatik)
- Hyperemesis
Gravidarum
Adalah mual / muntah yang berlebihan sehingga menimbulakan gangguan
aktifitas sehari-hari.
Factor yang dapat menimbulkan :
1) Primigarvida
2) Molahidatidosa
3) Faktor psikis
(rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan )
Tingkatan hiperemesis :
1) I : mual muntah
terus menerus, mempengaruhui k.u, nyeri epigastrium
2) II : dehidrasi,
BB turun, mata cekung, lidah kering/ kotor, TD turun, gangguan fungsi
hati/ikterus.
3) III : dehitarsi
bertambah, mual,muntah berhenti,ikterus meningkat, kesadaran menurun,
Penatalksanaan :
1) Aspek
fisiologis dgn cara isolasi sambil memberi KIE,
2) Mengubah pola
makan porsi kecil
3) Pengobatan di
beri anti muntah/mual
4) Rehidrasi cairan
- Kehamilan
Ektopik
Adalah kehamilan yang berlangsung
di luar endometrium
Penyebab : kegagalan fungsi tuba
(adanya radang/tumor), perlengkatan tuba ( menyebabkan saluran menyempit/buntu)
Gejala : adanya rasa sakit/tidak
nyaman, perdarahan intraabdominal, janin teraba di bawah kulit, nyeri saat
bergerak, pada pemeriksaan teraba uterus kosong.
- Molahidatidosa
Adalah sekumpulan penyakit yang berasal dari penyimpangan tumbuh kembang
jaringan trofoblas yang dapat bersifat jinak/ganas.
Gejala :
1) Besarnya
uterus melebihi usia kehamilan
2) Uterus teraba
lunak (karena tidak ada terbentuk janin)
3) DJJ tidak
terdengar
4) Dapat terjadi
perdarahan sedikit-sedikit.
Terapi :
1) Perbaiki K.U
2) Evakuasi (
kuret vakum)
3) Tindakan
profilaksis (pencegahan terjadinya keganasan)
DETEKSI DINI & KOMPLIKASI KEHAMILAN (Trimester II
& III)
a. Perdarahan antepartus
1) Placenta
previa, perdarahan terjadi pada implantasi plasenta yang menutupi sebagian atau
seluruh OUI.
Menurut jenis terbagi atas :
a) Plasenta previa totalis; plasenta menutupi
OUI seluruhnya pada pembukaan 4 cm.
b) Plasenta previa lateralis; bila
menutupi OUI sebagian pada pembukaan 4 cm.
c) Plasenta previa marginalis; bila
tepi plsenta berada pada tepiOUI pada pembukaan 4 cm
d) Plasenta previa letak rendah; bila
tepi bawah plasentamasih dapat disentuh dengan jari, melalui OUI pada pembukaan
4 cm.
Gejala :
a) Perdarahan tanpa nyeri
b) Darah segar / kehitaman dengan
bekuan
c) Perdarahan dapat terjadi setelah
BAB/BAK, aktifitas fisik, trauma / koitus.
Komplkasi pada ibu :
a) Infeksi karena anemia
b) Robekan implantasi plasenta di
bagian belakang segmen bawah rahim
c) Terjadi ruptur uteri, karena susunan
jaringan rapuh dan sulit diketahui.
Komplikasi janin :
a) Prematruritas dengan morbiditas dan
mortalitas tinggi
b) Mudah infeksi karena anemia disertai
daya tahan rendah
c) Asfiksia intra uteri sampai kematian
Penatalksaan
a) Pasang infus
b) Jangan melakukan PD
c) Segera Rujuk
2) Solusio
placenta
Adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus,
sebelum janin di lahirkan.
Terbagi atas :
a) Solusio plasenta ringan ; perdahan
kurang 500 cc, perut ibu masih lemas sehingga bagian janin mudah di raba, tanda
gawat janin belum nampak, terdapat perdarahan hitam pervagina.
b) Solusio sedang : perdarahan 1000 cc,
perut ibu mulai tegang, bagian janin sulit di raba, janin mengalami jawad
janin, pada PD ketuban tegang
c) Solusio placenta berat ; lepasnya
plasenta sudah melebihi 2/3 bagian. janin sulit di raba perut keras sepereti
papan, ketuban tampak tegang, darah dapat masuk ke dalam otot rahim.
Penyebab :
a) Trauma langsung abdomen
b) Hipertensi ibu hamil
c) Umbilikus pendek / lilitan tali
pusat
d) Janin terlalu aktif sehingga
plansenta dapat terlepas
e) Tekanan pada venakava inferior
f) Pre eklamsia/Eklamsia
g) Tindakan versi luar
h) Tindakan memecahkan ketuban(hammil
biasa, pada hidramnion, setelah anak pertama hamil ganda)
Gejala :
a) Perdarahan yang di sertai rasa sakit
b) Dapat menimbulkan gangguan
kardiovaskuler ibu
c) Ketegangan perut ringan sampai berat
d) Gangguan janin asfiksia ringan
sampai IUFD
Komplikasi solusio plasenta :
a) Perdarahan (atonia, pascapartus)
b) Gangguan pembekuan darah (koagulasi
intravaskular, penurunana fibrinogen)
c) Gangguan organ vital (kegagalan
ginjal akut, dekompensasi kordis, sesak nafas, emboli paru)
d) Kematian ibu (karena perdarahan yang
tidak dapat di atasi, dekompensasi kordis, mudah terjadi infeksi, gagal ginjal)
Penatalaksanaan :
a) Transfusi
b) Solusio lasenta ringan diupayakan
melakukan SC untuk menyelamatkan ibu dan janinnya
c) Solusio plasenta berat dilakukan
persalinan dalam waktu singkat kurang dari 6 jam, utk menghindari perdarahan
karena atonia.
d) Terjadi kontruksi lakukan
histerektomi
e) Menghindari infeksi dengan pemberian
antibiotik
b. Hypertensi
dalam kehamilan
Pembagian HDK :
1) HDK sebagai
komplikasi kehamilan (preeklamsia, eklamsia)
2) HDK yang
terjadi pada hipertensi kronis atau preeklamsia/ eklamsia
3) Hypertensi
sementara
Nama lain gestosis HDK ( yang dapat terjadi pada antepartum, intrapartum,
pascapartum).
Pembagian HDK :
1) Ringan : TD 140/90 mmhg atau
kenaikan sistolik 30 mmhg dan diastolik 15 mmhg, edema ringan dengan
peningkatan BB 1 kg/minggu, proteinnuria positi 1-2
2) Berat : bila salah satu tanda di
jumpai TD 160/110 mmhg, edema umu disertai sesak nafas, proteinnuria positif
4-5, oliguria urine kurang dari 500 cc/24 jam
3) Eklamsia : adanya gejala pre
eklamsia berat disertai dengan kejang dan diikuti dengan koma.
Penatalaksanaan :
1) Hipertensi ringan dalam kehamilan :
tirah baring 2x2 jam/hari,banyak minum, kurangi makan garam.
2) Hypertensi berat : segera rujuk ke
RS, obat-obatan antikejang,antihypertensi, pemberian diuretika, pemberian
infus, pemberian antasida.
MgSO 4 untuk preeklamsi dan Eklamsia
1) Mg SO4 4 g IV sebagai larutan 20 %
selama 5 menit
2) Di ikuti dengan MgSO4 (50%) 5 g IM
3) Pasien akan merasa agak panas
sewaktu pemberian Mg SO4
Syarat pemberian Mg SO4 :
1) Frekwensi nafas minimal 16 x/menit
2) Reflek patella +
3) Urine minimal 30 ml/jam dalam 4 jam
terakhir
c. Kehamilan
Lewat Waktu
Adalah kehamilan yang melampui usia 292 hari (42 minggu) dengan kata lain
serotinus / post term pregnany.
Komplikasi serotinus :
1) Oligohidramnion
Jumlah normal air ketuban 800 cc, diatas 42 minggu berkurang menjadi 400
cc. Akibatnya amnion kental, mekoneum diasfirasi oleh janin.
2) Janin di warnai mekoneum
Peristaltik usus dan terbukanya spinter ani membuat mekoneum keluar.
Sehingga menimbulkan gangguan pernafasan bayi, gangguan sirkulasi bayi setelah
lahir.
3) Makrosemia
Dengan plasenta masih baik tumbang janin bertambah. Kondisi ini pada
persalinan mempersulit keadaan, tindakan yang paling tapat adalah SC.
4) Dismaturitas bayi
Kemampuan nutrisi plasenta menimbulkan perubahan menuju anaerobik,
menyebabkan perubahan kuku tampak tajam,kulit keriput, tali pusat pendek.
Penanganan :
1). Induksi oksitosin dan SC
2). SC di lakukan bila keadaan bayi mengalami asfiksia.
3). Berbahaya bila pertolongan partus di luar RS, karena bayi dapat
mendadak meninggal di dalam rahim. Karena mengalami distosia bahu
d. Kehamilan
kembar
Kehamilan kembar adalah suatu
kehamilan dimana terdapat dua atau lebih janin dalam rahim seorang ibu hamil.
Kehamilan kembar ini bisa terjadi karena terjadi pembuahan dua atau lebih sel
telur. Atau bisa juga terjadi karena satu sel telur yang dibuahi membelah diri
secara dini hingga terbentuk dua embrio ( calon bayi ) yang sama pada tahap
awal kehamilan.
e. Hidramnion
Hidramnion atau poli hidramnion
adalah suatu kondisi dimana terdapat keadaan dimana jumlah air ketuban melebihi
dari batas normal. Untuk keadaan normal air ketuban berjumlah sebanyak antara
1-2 liter, sedangkan kasus hidramnion melebihi batas dari 2 liter yaitu antara
4-5 liter. Hidramnion ini adalah kebalikan dari oligo hidramnion yaitu
kekurangan air ketuban.
Hidramnion derajat ringan sampai sedang yaitu 2 sampai 3 liter, relative sering dijumpai. Karena cairan sulit dikumpulkan dan diukur secara lengkap, diagnosis biasanya ditegakkan secara klinis dan dikonvirmasi dengan perkiraan sonografik. Frekuensi deagnosis cukup bervariasi dengan pemeriksa yang berbeda.
Hidramnion derajat ringan sampai sedang yaitu 2 sampai 3 liter, relative sering dijumpai. Karena cairan sulit dikumpulkan dan diukur secara lengkap, diagnosis biasanya ditegakkan secara klinis dan dikonvirmasi dengan perkiraan sonografik. Frekuensi deagnosis cukup bervariasi dengan pemeriksa yang berbeda.
f. Ketuban
Pecah Dini
Ketuban pecah dini atau yang sering
disebut dengan KPD adalah ketuban pecah spontan tanpa diikuti tanda-tanda
persalinan, ketuban pecah sebelum pembukaan 3 cm (primigravida) atau sebelum 5
cm (multigravida).
KPD sering kali menimbulkan
konsekuensi yang dapat menimbulkan kesakitan dan kematian pada ibu maupun bayi
terutama kematian pada bayi yang cukup tinggi. Kematian bayi yang cukup tinggi
ini antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan, dan kejadian
infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dsb.
Ada 2 komplikasi yang sering terjadi
pada KPD, yaitu :
Pertama, infeksi, karena ketuban
yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi.
Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti pada KPD, flora vagina yang normal
ada bisa menjadi patogen yang akan membahayakan baik pada ibu maupun pada
janinnya. Oleh karena itu membutuhkan pengelolaan yang agresif seperti diinduksi
untuk mempercepat persalinan dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan resiko
terjadinya infeksi;
Kedua, adalah kurang bulan atau
prematuritas, karena KPD sering terjadi pada kehamilan kurang bulan. Masalah
yang sering timbul pada bayi yang kurang bulan adalah gejala sesak nafas atau
Respiratory Distress Syndrom (RDS) yang disebabkan karena belum masaknya paru.
Kemungkinan yang menjadi faktor
penyebab adalah:
· Infeksi.
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
· Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang
selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan,
curetage).
· Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat
secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli.
Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab
terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan
dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya disertai
infeksi.
· Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada
bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membran bagian bawah.
· Keadaan sosial ekonomi.
Faktor lain
a. Faktor golonngan darah
Akibat golongan darah ibu dan anak
yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan
jarinngan kulit ketuban.
b. Faktor disproporsi antar kepala
janin dan panggul ibu.
c. Faktor multi graviditas, merokok
dan perdarahan antepartum.
d. Defisiesnsi gizi dari tembaga
atau asam askorbat (Vitamin C).
Ketuban pecah dini ternasuk dalam
kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan dalam mengelola KPD akan membawa akibat
meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayi. Penatalaksaan KPD
masih dilema bagi sebagian besar ahli kebidanan, selama masih beberapa masalah
yang masih belum terjawab. Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri
kehamilan akan menaikkan insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan
spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis. Kasus KPD yang kurang bulan
kalau menempuh cara-cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS,
dan kalau menempuh cara konservatif dengan maksud untuk memberi waktu pematangan
paru, harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek
prognosis janin.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada
umur kehamilan. Kalau umur kehamilan tidak diuketahui secara pasti segera
dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan
letak janin. Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah
RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan
perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan.
Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru sudah matang,
chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsis pada janin merupakan sebab utama
meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan,
infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban.
Kebanyakan para ahli mengambil 2 faktor yang harus dipertimbangkan dalam
mengambil sikap atau tindakan terhadap penderita KPD yaitu umur kehamilan dan
ada tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu.
Penatalaksanaan KPD pada kehamilan
aterm (> 37 Minggu)
Pada hakekatnya kulit ketuban yang
pecah akan menginduksi persalinan dengan sendirinya. Sekitar 70-80 % krhamilan
genap bulan akan melahirkan dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah,
bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan
maka dilakukan induksi persalinan, dan bila gagal dilakukan bedah caesar.
Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu. Walaupun
antibiotik tidak bermanfaat terhadap janin dalam uterus namun pencegahan
terhadap chorioamninitis lebih penting dari pada pengobatanya sehingga
pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian antibiotik
diberikan segera setelah diagnosis KPD ditegakan dengan pertimbangan : tujuan profilaksis,
lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah terjadi, proses persalinan umumnya
berlangsung lebih dari 6 jam. Beberapa meyarankan bersikap aktif (induksi
persalinan) segera diberikan atau ditunggu samapai 6-8 jam dengan alasan
penderita akan menjadi inpartu dengan sendirinya. Dengan mempersingkat periode
laten durasi KPD dapat diperpendek sehingga resiko infeksi dan trauma obstetrik
karena partus tindakan dapat dikurangi. Pelaksanaan induksi persalinan perlu
pengawasan yang sangat ketat terhadap keadaan janin, ibu dan jalannya proses
persalinan berhubungan dengan komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat
menimbulkan komplikasi yang fatal bagi bayi dan ibunya (his yang terlalu kuat)
atau proses persalinan menjadi semakin kepanjangan (his kurang kuat).
Penatalaksanaan KPD pada kehamilan
preterm (< 37 minggu)
Pada kasus-kasus KPD dengan umur
kehamilan yang kurang bulan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaanya
bersifat koservatif disertai pemberian antibiotik yang adekuat sebagai profilaksis.
Penderita perlu dirawat di rumah sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenberg,
tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan
kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu, obat-obatan uteronelaksen atau
tocolitic agent diberikan juga tujuan menunda proses persalinan. Tujuan dari
pengelolaan konservatif dengan pemberian kortikosteroid pada penderita KPD
kehamilan kurang bulan adalah agar tercapainya pematangan paru, jika selama
menunggu atau melakukan pengelolaan konservatif tersebut muncul tanda-tanda
infeksi, maka segera dilakukan induksi persalinan tanpa memandang umur
kehamilan. Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai berlangsung
dengan jalan merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulakan komplikasi-komplikasi
yang kadang-kadang tidak ringan. Komplikasi-kompliksai yang dapat terjadi gawat
janin sampai mati, tetani uteri, ruptura uteri, emboli air ketuban, dan juga
mungkin terjadi intoksikasi.
Kegagalan dari induksi persalinan
biasanya diselesaikan dengan tindakan bedah sesar. Seperti halnya pada
pengelolaan KPD yang cukup bulan, tidakan bedah sesar hendaknya dikerjakan
bukan semata-mata karena infeksi intrauterin tetapi seyogyanya ada indikasi
obstetrik yang lain, misalnya kelainan letak, gawat janin, partus tak maju,
dll. Selain komplikasi-kompilkasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif.
Pengelolaan konservatif juga dapat menyebabakan komplikasi yang berbahaya, maka
perlu dilakukan pengawasan yang ketat. Sehingga dikatakan pengolahan
konservatif adalah menunggu dengan penuh kewaspadaan terhadap kemungkinan
infeksi intrauterin. Sikap konservatif meliputi pemeriksaan leokosit darah tepi
setiap hari, pemeriksaan tanda-tanda vital terutama temperatur setiap 4 jam,
pengawasan denyut jantung janin, pemberian antibiotik mulai saat diagnosis
ditegakkan dan selanjutnya setiap 6 jam.
Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm KPD telah dilaporkan secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS. The National Institutes of Health (NIH) telah merekomendasikan penggunaan kortikosteroid pada preterm KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada infeksi intramanion. Sedian terdiri atas betametason 2 dosis masing-masing 12 mg i.m tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis masing-masing 6 mg tiap 12 jam. (Yuyun Triani, S.ST)
Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm KPD telah dilaporkan secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS. The National Institutes of Health (NIH) telah merekomendasikan penggunaan kortikosteroid pada preterm KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada infeksi intramanion. Sedian terdiri atas betametason 2 dosis masing-masing 12 mg i.m tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis masing-masing 6 mg tiap 12 jam. (Yuyun Triani, S.ST)
g. Anemia
kehamilan
Anemia
adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12
gr% (Wiknjosastro,2002).
Sedangkan
anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11
gr% pada trimester I dan III (Saifuddin,2002). Anemia dalam kehamilan yang
disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relative mudah,
bahkan murah.
Darah akan
bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia.
Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya
plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai
berikut : Plasma 30%, sel darah 18% dan hemoglobin 19%. Bertambahnya darah
dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya
dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Secara fisiologis, pengenceran darah
ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya
kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.
Menurut Mochtar (1998) penyebab
anemia pada umumnya adalah :
1. Kurang gizi
(malnutrisi)
2. Kurang zat
besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan
darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit
kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL
Gejala
anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing , mata
berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia),
konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah ) dan keluhan mual muntah
lebih hebat pada hamil muda.
Wanita hamil
cenderung terkena anemia pada 3 bulan terakhir, karena pada masa itu janin
menimbun cadangan zat besi untuk diri sendiri sebagai persediaan bulan pertama
sesudah lahir.
Besi (Fe)
Besi
merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia,
yaitu sebanyak 3-5 gram
Fungsi Besi
(Fe)
Besi
merupakan bagian dari hemoglobin yang berfungsi sebagai alat angkut oksigen
dari paru-paru ke jaringan tubuh. Dengan berkurangnya Fe, sintesis hemoglobin
berkurang dan akhirnya kadar hemoglobin akan menurun.
KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Klasifikasi
anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998) :
1. Anemia
Defisiensi Besi
Adalah
anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya
yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan
adalah pemberian tablet besi
a. Terapi oral
adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau
Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb
sebanyak 1 gr/bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg
besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia. (Saifuddin,2002)
b. Terapi
parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan zat besi peroral, dan
adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilan tua
(Winjosastro,2002). Pemberianpreparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak
100 mg(20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb
lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba,2001). Untuk menegakkan diagnose anemia
defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan
keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual
muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan
dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
trimester I dan III.
Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan
sebagai berikut :
1. Hb 11 gr% :
Tidak anemia
2. Hb 9-10 gr%
: Anemia ringan
3. Hb 7-8 gr% :
Anemia sedang
4. Hb < 7
gr% : Anemia berat
Kebutuhan
zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg. Kebutuhan ini
terdiri dari sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg
lagi digunakan untuk meningkatkan massa hewmoglobin maternal. Kurang lebih 200
mg lebih akan diekskresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil
setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8-10 mg zat besi. Perhitungan makan
3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20-25 mg zat besi perhari.
Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilakn zat
besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita
hamil (Manuaba, 2001).
2. Anemia
Megaloblastik
Adalah
anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali kerena
kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya
:
a. Asam folik
15-30 mg/hari
b. Vitamin B12
3x1 tablet/hari
c. Sulfas
ferosus 3x1 tablet/hari
d. Pada kasus
berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan tranfusi
darah.
3. Anemia
Hipoplastik
Adalah
anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah
baru. Untuk diagnostic diperlukan pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi
lengkap, pemeriksaan fungsi eksternal dan pemeriksaan retikulosi
4. Anemia
Hemolitik
Adalah
anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih
cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan- kelainan
gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi
kelainan pada organ-organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia
hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya
diberantas dan diberikan obat-obatan penambah darah. Namun pada beberapa jenis
obat-obatan hal ini tidak memberikan hasil. Sehingga tranfusi darah berulang
dapat membantu penderita ini.
DAMPAK ANEMIA PADA IBU HAMIL,
BERSALIN DAN NIFAS
Anemia dapat
terjadi pada setiap ibu hamil , karena itulah kejadian ini harus selalu
diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat
mengakibatkan : Abortus, Missed Abortus dan kelainan congenital.
Anemia pada
kehamilan trimester II dapat menyebabkan : Persalinan premature, perdarahan
antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin
sampai kematian, BBLR, gestosis, dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan
bahkan bisa mengakibatkan kematian. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan
gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan
persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post
partum anemia dapat menyebabkan : tonia uteri, retensio plasenta, pelukaan sukar
sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri.
PENANGANAN
Selain
terapi obat penanganannya dapat dilakukan dengan terapi diet. Untuk memenuhi
asupan zat besi, tingkatkan konsumsi bahan makanan tinggi zat besi (Fe)
misalnya makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran berwarna hijau tua.
Defisiensi
besi bukan satu-satunya penyebab anemia, tetapi apabila prevalensi anemia
tinggi, defisiensi besi biasanya dianggap sebagai penyebab yang paling dominan.
Pertimbangan itu membuat suplementasi tablet besi folat selama ini dianggap
sebagai salah satu cara yang sangat bermanfaat dalam mengatasi anemia. Anemia
dapat diatasi dengan meminum tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD). Kepada
ibu hamil umumnya diberikan sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut
selama 90 hari selama masa kehamilan. TTD mengandung 200 mg ferrosulfat, setara
dengan 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Pada beberapa orang,
pemberian preparat besi ini mempunyai efek samping seperti mual, nyeri lambung,
muntah, kadang diare, dan sulit buang air besar. Agar tidak terjadi efek
samping dianjurkan minum tablet setelah makan pada malam hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar